Suku Taa Wana Desa Manyoe, Kecamatan Mamosalato, Kabupaten Morowali Utara Sulawesi Tengah
Kamis, 31 Juli 2025
Suku Taa Wana mendiami pedalaman Desa Menyoe
SUKU TOWANA (TAU TAA WANA) Morowali Utara, Sulawesi Tengah
Tradisi Tau Taa Wana Dalam Pengurangan Risiko Bencana
Coba deh Disasterizen, bayangkan kita akan jalan-jalan keliling Indonesia. Sekarang kita pergi mengelilingi Pulau Sulawesi, tepatnya berada di pegunungan Tokala, Sulawesi Tengah. Daerah diantara hijaunya Pegunungan Tokala ini terdapat suku yang sangat tua, yaitu Suku Wana. Suku ini sering disebut sebagai Tau Taa Wana, yang berarti orang tinggal di hutan. Mereka juga menyebut diri mereka sebagai Tau Taa atau orang Taa.
Kalian mesti tahu kalau orang-orang dari Tau Taa Wana ini memiliki tradisi sebagai pengurangan risiko bencana, lho! Orang Taa Wana memiliki kebiasaan hidup berladang pindah. Kebiasaan orang Taa Wana ini berladang pindah yang menyesuaikan dengan musim.
Misalnya saja ketika musim hujan, mereka tidak mengolah dan menempati ladang dikawasan tepian sungai. Mereka akan berpindah ke ladang lainnya dan menempati ladang dikawasan pegunungan dengan maksud untuk menghindari jika sewaktu-waktu terjadi luapan sungai. Lalu, selepas musim hujan mereka akan kembali berladang di tepian sungai.
Bagi orang-orang Taa Wana ini, alam memiliki kehendaknya sendiri yang tidak dapat ditolak apalagi dilampaui oleh manusia. Orang Taa Wana ini menurut mereka memiliki hubungan erat dengan alam, bahkan menganggap sahabat alam. Maka dari itu, mereka bersikap bijak dengan alam, karena alam dipandang bagian dari jiwa dan raganya. Nah, ladang berpindah ini merupakan aktivitas mengikuti irama gerak alam.
Dari pola hidup seperti mengolah sumber makanan, membangun kawasan tempat tinggal, bertahan hidup, merupakan aktivitas orang Taa Wana sehari-hari di mana mereka sangat memahami bagaimana seharusnya hal itu dilakukan.
SUMBER : https://siagabencana.com/tradisi-tau-taa-wana-dalam-pengurangan-risiko-bencana/
PT CAS Bantu Perbaikan Jalan Sepanjang 30 KM di Morowali Utara Sulteng
Jeritan dari Pedalaman Morowali Utara: Kami Ingin Sekolah, Kami Rindu Jalan
TRIBUNPALU.COM, MORUT – Ribuan warga Suku Taa Wana mendiami pedalaman Desa Manyoe, Kecamatan Mamosalato, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah.
Mereka hidup terpencil sekitar 60 kilometer dari jalan aspal terdekat.
Suku Taa Wana bertahun-tahun hidup berpindah-pindah di hutan, terhubung dengan jalan setapak yang ditumbuhi ilalang.
Bahasa Indonesia pun tidak semua mereka pahami, sebuah kenyataan getir menjelang 80 tahun Indonesia merdeka.
Ketika alat berat seperti ekskavator dan buldoser mulai bekerja membuka akses ke kampung mereka, wajah-wajah bahagia langsung terpancar.
Bagi mereka, jalan lebar adalah berkah yang disambut seperti hari raya.
Anak-anak berlarian di jalur tanah yang baru terbuka, ibu-ibu menggendong anak dan bapak-bapak membawa bekal dari bukit ke bukit.
Remaja putri mengenakan baju baru, bahkan lipstik dan pita rambut layaknya hendak pergi ke kota.
Mereka menyambut tim pembuka jalan dengan memberikan tebu manis untuk dimakan bersama-sama.
Awalnya, masyarakat takut bertemu orang baru dan memilih mengintip dari balik semak ilalang.
Namun, setelah tim mendatangkan Kodi, sepuh dari Watu Lempe yang sangat mereka hormati, perlahan mereka mendekat.
Komunikasi pun mulai terjalin, meski terputus-putus oleh perbedaan bahasa.
Tetap saja, hangatnya pertemuan tak terbendung.
Rasa nyaman tumbuh meski tak semua saling memahami secara verbal.
Dengan bantuan penerjemah lokal, tim mencoba mengenalkan angka kepada anak-anak dan remaja.
Mereka menghitung dari satu sampai sepuluh pun masih menjadi tantangan.
Di tengah keterbatasan, terlihat jelas kerinduan warga Suku Taa Wana akan pendidikan, akan dunia yang lebih luas dari hutan dan ladang berpindah.
Namun harapan itu mendadak terhenti. Pengerjaan jalan yang baru saja mengubah hidup mereka kini dihentikan.
Teriakan lirih terdengar dari anak-anak dan ibu-ibu.
“Kami ingin jalanan. Kami ingin sekolah. Kami ingin hidup lebih baik.”
Tak banyak yang bisa dilakukan selain menangis dan mengurut dada melihat kenyataan itu.
Bue Pangga, seorang tetua adat yang diperkirakan berusia hampir 100 tahun, menyampaikan harapan yang menggugah.
“Dunia itu baik. Hanya pikiran dan keinginan manusia yang membuatnya buruk. Maka harus sekolah supaya jadi baik,” tuturnya dengan mata sembab.
Ia tak pernah mengenyam pendidikan tinggi, tapi tutur katanya penuh filosofi, seakan sedang berbicara dari ruang kelas para sarjana.
Kini warga hanya berharap satu hal. pengerjaan jalan itu dilanjutkan.
Bukan demi kemewahan, melainkan demi anak cucu mereka yang rindu pendidikan, persatuan, dan masa depan yang lebih terang.
Suku Taa Wana, juga dikenal sebagai Tau Taa Wana atau To Wana, adalah salah satu kelompok etnis adat yang mendiami wilayah pedalaman Sulawesi Tengah, Indonesia.
Nama “Tau Taa Wana” secara harfiah berarti “orang yang tinggal di hutan”, mencerminkan cara hidup dan keterikatan mereka yang erat dengan lingkungan hutan.
Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai Tau Taa atau “orang Taa.”
Suku Taa Wana tersebar di beberapa wilayah pegunungan dan hutan di Sulawesi Tengah, terutama di sekitar Pegunungan Tokala, Sungai Bongka, dan Sungai Salato, yang meliputi sebagian Kabupaten Tojo Una-una, Morowali, dan Morowali Utara.
Artikel ini telah tayang di TribunPalu.com dengan judul Jeritan dari Pedalaman Morowali Utara: Kami Ingin Sekolah, Kami Rindu Jalan, https://palu.tribunnews.com/2025/07/26/jeritan-dari-pedalaman-morowali-utara-kami-ingin-sekolah-kami-rindu-jalan?page=all.
Penulis: Regina Goldie | Editor: mahyuddin
Mengenal Tau Taa Wana
Diantara hijaunya Pegunungan Tokala, Sulawesi Tengah, terdapat komunitas dengan sejarah yang sangat tua. Inilah suku Wana.
CSR Bantuan Angkut Papan Perumahan
CSR bantuan angkut papan perumahan Guru Yayasan Alesintowe Padang Tangkal.
-
TRIBUNPALU.COM, MORUT – Ribuan warga Suku Taa Wana mendiami pedalaman Desa Manyoe, Kecamatan Mamosalato, Kabupaten Morowali Utara, Sulawes...
-
Diantara hijaunya Pegunungan Tokala, Sulawesi Tengah, terdapat komunitas dengan sejarah yang sangat tua. Inilah suku Wana. Suku itu sering...
-
Masyarakat Pojambu desa Menyoe kecamatan Mamosalato Morowali Utara dengan penuh haru menikmati jalan baru menuju kampung mereka.